Kotoran Sapi adalah limbah yang bisa membuat masalah terutama pada kandang-kandang yang dekat dengan pemukiman penduduk apalagi yang dekat dengan sumber air. Pembuangan kotoran sapi yang tidak tepat seperti ke sungai atau dibiarkan teronggok disekitar lokasi kandang juga akan mencemari sungai dan juga mengundang lalat penyebab penyakit.
Untuk mengatasi persoalan pencemaran akibat kotoran sapi maka perlu adanya teknologi sederhana agar kotoran ini bisa bermanfaat dan tidak menyebabkan polusi udara (bau). Selain bisa dimanfaatkan sebagai biogas, kotoran sapi lebih umum digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanaman dan menggemburkan lahan.
Pengolahan kotoran sapi sebagai pupuk organik bisa melalui berbagai macam cara seperti dibuat kompos dengan teknik fermentasi, dibuat pupuk organik granula dll.
Macam-macam Cara Mengolah Kotoran Ternak Sapi Menjadi Pupuk Kompos yang bermanfaat menyuburkan lahan pertanian.
1. Pengolahan secara terbuka dilakukan hanya dengan menumpukan kotoran ternak sapi pada suatu area tertentu selama waktu yang tidak tentu. Namun pada umumnya dipergunakan menjelang musim tanam atau pada saat pengolahan tanah dilakukan. Cara ini tidak membutuhkan biaya yang terlalu banyak, karena biaya yang dikeluarkan hanya untuk tenaga kerja dan tidak diperhitungkan karena tenaga yang dipergunakan adalah tenaga keluarga.
2. Pengolahan yang kedua adalah dengan proses tertutup. Cara ini dilakukan dengan mem benamkan kotoran ternak ke dalam sebuah lubang yang telah dipersiapkan sebelumnya . Pembuatan lubang/silo disarankan untuk dilakukan di bawah naungan dan areal yang tidak mudah tergenang air bila terjadi musim hujan. Di bawah naungan dapat diartikan sebagai tempat di bawah pohon yang rindang atau pun di bawah naungan atap yang memang disiapkan untuk tujuan tersebut.
Pembuatan silo tersebut dapat dilakukan dengan kedalaman yang sesuai dengan volume yang diinginkan dan sebaiknya dinding silo tersebut tahan terhadap rembesan air dari samping. Tujuannya adalah selain mencegah masuknya air ke dalam kotoran juga berfungsi agar unsur hara seperti nitrogen, yang ada dalam kotoran tidak hilang tercuci air yang dapat masuk/merembes .
Proses mengolah pupuknya antara lain:
1. Untuk dapat menampung kotoran sapi sebanyak 3 ton maka ukuran yang dibutuhkan adalah dua meter kali satu meter dengan kedalaman dua meter. Bila memungkinkan pembuatan silo dapat juga dilakukan dengan mempergunakan gorong-gorong berpenampang 1 meter dan disusun sebanyak tidak lebih dari 3 buah. Sesuai dengan ukuran gorong- gorong yang ada di pasaran maka, dua buah gorong-gorong ditempatkan di bawah permukaan tanah (sedalam 90 cm) dan sebuahnya lagi dapat ditumpuk di atas permukaan tanah (setinggi 100 cm).
2. Dengan ukuran silo dapat menampung tiga ton kotoran sapi. Kotoran sapi yang tersedia selanjutnya diaduk agar tercampur secara merata antara feses, urine dan sisa pakan. Bila telah homogen maka kotoran sapi dapat dimasukan ke dalam silo secara baik agar cukup padat sampai hampir penuh.
3. Selanjutnya dapat ditutup dengan menggunakan tanah galian lubang yang ada setinggi lebih kurang 30cm .
Timbunan tersebut selanjutnya dibiarkan untuk suatu satuan waktu tertentu, misalnya 3 bulan (Mathius, 1994), namun pada umumnya disesuaikan dengan waktu penggunaannya, yakni disesuaikan dengan musim tanam.
4. Setelah melewati waktu yang diinginkan diharapkan kotoran yang telah melewati proses perombakan/dekomposisi, dapat menjadi kompos yang diharapkan dan siap dibongkar.
Kompos tersebut selanjutnya dapat dipergunakan secara langsung ke lahan pertanian atau pun dapat dianginkan/dikeringkan di bawah sinar matahari .
5. Hasil pengeringan tersebut selanjutnya dihancurkan agar tidak menggumpal/padat dan dapat disaring dengan ayakan yang sesuai dengan ukuran-ukuran yang diinginkan.
Untuk tujuan sebagai pupuk tanaman hias maka hasil ayakannya harus cukup kecil (2-3 mm), demikian juga bila ditujukan untuk tanaman rumput di lapangan golf.
Sedangkan untuk tujuan pemupukan tanaman pangan setahun, maka hasil proses dekomposisasi tersebut dapat dipergunakan langsung ke lapang dan dibenamkan pada saat persiapan lahan sedang dikerjakan/diolah